Minyak WTI atau Western Texas Intermediate, sebagai acuan minyak mentah Amerika Serikat, diperdagangkan sekitar $81,02 pada hari Senin ini. Harga WTI mengalami peningkatan sedang selama tiga hari berturut-turut.


Meskipun begitu, tren penguatan harga WTI mingguan mereka sepanjang tahun 2023 terhenti, hal ini terjadi seiring kemungkinan adanya pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut dari Federal Reserve (Fed) dan tantangan ekonomi di China. Data terbaru dari Baker Hughes, yang diumumkan pada hari Jumat, menunjukkan penurunan jumlah rig aktif di Amerika Serikat selama 12 minggu terakhir.


Ketakutan akan krisis utang di China serta masalah di sektor real estat semakin meningkatkan rasa enggan untuk mengambil risiko dan menekan harga minyak WTI ke tingkat yang lebih rendah. 


Pada pekan sebelumnya, perusahaan real estat terbesar kedua di China, Evergrande, mengajukan permohonan kepailitan di pengadilan Amerika Serikat berdasarkan Bab 15. Selain itu, Indeks Harga Rumah China untuk bulan Juli mengalami penurunan menjadi -0,1% dari angka sebelumnya yang mencapai 0%.


Laporan ini menambah kekhawatiran terhadap potensi krisis di sektor properti China. Investor pasar akan lebih memfokuskan perhatian pada berita-berita utama terkait masalah ekonomi di China dan tanda-tanda lebih lanjut dari penurunan ekonomi negara tersebut yang mungkin akan memberikan tekanan terhadap harga minyak.


Selain itu, catatan rapat FOMC juga menyoroti bahwa angka inflasi tetap berada pada tingkat yang tinggi dan para pejabat merasa prihatin akan adanya dampak signifikan dari inflasi tersebut. 


Para pengambil kebijakan di Federal Reserve (Fed) menambahkan bahwa langkah kenaikan suku bunga lebih lanjut mungkin akan menjadi langkah yang diperlukan untuk mengarahkan inflasi menuju target yang diinginkan, dan keputusan terkait suku bunga di masa depan akan sangat bergantung pada data ekonomi yang diterima.


Penting untuk mencatat bahwa kenaikan suku bunga memiliki potensi untuk meningkatkan biaya pinjaman, yang pada gilirannya dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi serta mengurangi permintaan terhadap minyak.


Di sisi yang berbeda, harapan akan adanya rencana stimulus tambahan dari China dapat membatasi penurunan harga minyak WTI. Pada hari Minggu, Bank Rakyat China (PBOC) melaporkan bahwa pihak China memiliki niat untuk menyusun langkah-langkah dukungan keuangan guna mengatasi kekhawatiran terkait utang yang dihadapi oleh pemerintah daerah, seperti yang dilaporkan oleh Reuters.


Kemudian, para pelaku perdagangan minyak akan mengikuti perkembangan rencana fiskal yang besar di Tiongkok dengan penuh perhatian, sementara sentimen terkait risiko akan terus menjadi faktor utama yang mempengaruhi harga minyak WTI. 


Pada akhir pekan ini, data dari Indeks Manajer Pembelian Global (PMI) serta pidato Ketua Federal Reserve (Fed) Jerome Powell dalam Simposium Jackson Hole akan menjadi fokus perhatian. 


Kedua peristiwa ini memiliki potensi untuk memberikan dampak yang signifikan terhadap harga minyak WTI yang diukur dalam dolar AS. Para pedagang minyak akan mencari petunjuk dari data-data tersebut dan menemukan peluang perdagangan yang mungkin muncul di sekitar harga minyak WTI.

Baca Juga :

Produksi Dipangkas, Harga Minyak WTI Terbang

Minyak Mentah WTI Hari Ini Rebound Sekitar $77,50

 


Peringatan!

Analisa ini berdasarkan pandangan dari segi fundamental dan teknikal dari sumber terpercaya, tidak menjadi saran atau ajakan. Selalu ingat bahwa konten ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Selalu gunakan riset mandiri terlebih dahulu mengenai informasi forex lainnya untuk dijadikan acuan dalam perdagangan Anda. 

 

Dapatkan Berita dan Artikel terupdate dari GIC Indonesia yang lain dapat anda cek di Google News setiap harinya untuk mengetahui update terkini seputar dunia forex hingga crypto. Trading juga di GICTrade menggunakan akun ECN untuk bisa menikmati trading dengan spread rendah mulai dari nol!