Jepang Yen (JPY) mengalami kesulitan untuk memaksimalkan kenaikan intraday yang moderat terhadap Dolar AS (USD) pada hari Senin dan tetap berada tidak jauh dari level terendah sejak 28 November yang dicapai minggu lalu. Investor sepertinya yakin bahwa Bank of Japan (BoJ) tidak akan menunjukkan sedikitpun keinginan untuk mengakhiri suku bunga negatif atau mengubah kebijakan Kontrol Kurva Hasil (YCC) pada akhir pertemuan dua hari pada hari Selasa. Situasi ini, bersamaan dengan suasana positif di pasar saham, membuat mata uang safe-haven JPY melemah.


Tak hanya itu, kemungkinan penurunan suku bunga lebih awal oleh Federal Reserve (Fed) menjadi dorongan bagi Dolar AS (USD) dan membantu pasangan USD/JPY menarik beberapa aksi beli saat harga turun di sekitar area 147,75-147,70. Terlebih lagi, masih ada kekhawatiran terkait perlambatan pertumbuhan ekonomi di Tiongkok dan risiko peningkatan ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang mungkin membatasi pergerakan optimis di pasar. Hal ini, pada gilirannya, diharapkan dapat membatasi penurunan yang signifikan pada JPY menjelang keputusan BoJ yang sangat dinanti.


Intisari Pergerakan Pasar Harian: Yen Jepang Kesulitan Menarik Pembeli Penting Menjelang Keputusan BoJ

  1. Yen Jepang tidak berhasil meneruskan kenaikan intradaynya karena diperkirakan Bank of Japan tidak akan mengubah kebijakan moneternya yang sangat dovish pada hari Selasa.
  2. Data Jumat menunjukkan penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) utama dan indeks inti di Jepang, memperkuat prediksi bahwa BoJ akan tetap dalam kebijakan akomodatifnya.
  3. Gempa bumi pada Hari Tahun Baru dan pertumbuhan upah domestik yang lemah menambah keyakinan bahwa BoJ tidak akan keluar dari rezim akomodatifnya.
  4. Indeks Sentimen Konsumen AS naik menjadi 78,8, level tertinggi sejak Juli 2021, menurut laporan survei awal Universitas Michigan pada hari Jumat.
  5. Pedagang melihat bulan Mei sebagai waktu potensial untuk pengumuman penurunan suku bunga The Fed, dengan peluang aksi pada pertemuan Maret turun menjadi 50% menurut FedWatch Tool dari CME Group.
  6. Ekspektasi inflasi konsumen selama 12 bulan ke depan terendah dalam tiga tahun, memperkuat pandangan bahwa bank sentral AS akan menurunkan suku bunga pada paruh pertama tahun ini.
  7. Risiko ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan krisis ekonomi Tiongkok memberikan tekanan pada pasangan USD/JPY karena JPY dianggap sebagai safe-haven.
  8. AS melancarkan serangan terhadap rudal anti-kapal Houthi, meningkatkan ketegangan di Timur Tengah.
  9. Terjadi 140 serangan terhadap pangkalan AS sejak 17 Oktober, termasuk serangan besar-besaran di pangkalan Ain al-Assad di Irak.
  10. Iran berjanji akan membalas serangan di Damaskus yang menewaskan lima pejabat militer, yang diduga dilakukan oleh Israel.
  11. Bentrokan antara pasukan Israel dan pejuang Hamas terjadi, disertai pemboman besar-besaran di Khan Younis, Jalur Gaza selatan.
  12. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak solusi dua negara dan ingin mempertahankan kendali keamanan atas seluruh wilayah barat Yordania.

Peringatan!

Analisa ini berdasarkan pandangan dari segi fundamental dan teknikal dari sumber terpercaya, tidak menjadi saran atau ajakan. Selalu ingat bahwa konten ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Selalu gunakan riset mandiri terlebih dahulu mengenai informasi forex lainnya untuk dijadikan acuan dalam perdagangan Anda.  

 

Dapatkan Berita dan Artikel terupdate dari GIC Indonesia yang lain dapat anda cek di Google News setiap harinya untuk mengetahui update terkini seputar dunia forex hingga crypto. Trading juga di GICTrade menggunakan akun ECN untuk bisa menikmati trading dengan spread rendah mulai dari nol!


Baca Juga: 

Mata Uang Yen Jepang Melonjak! Trader Siap-siap Cuan Besar

Profit Belum Terlihat! Uang Yen Jepang Kembali Surut Hari Ini