Harga minyak WTI mundur menuju level terendah intraday sekitar $71,00 karena adanya sentimen negatif yang berkontribusi terhadap permintaan yang lesu di pagi hari Selasa di Eropa. Karena itu, harga minyak juga tidak terlalu terpengaruh oleh krisis pasokan yang mungkin terjadi akibat badai tropis Bret.


Malam Senin, Pusat Topan Nasional AS mengungkapkan kekhawatiran bahwa badai tropis Bret berpotensi menguat dan berubah menjadi badai pada hari Kamis dan Jumat. Perlu dicatat bahwa badai tropis Bret sedang menuju ke Teluk AS dan kemungkinan besar akan mendarat di sekitar wilayah yang kaya akan sumber minyak. Hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya krisis pasokan minyak.


Langkah pemotongan pasokan dari OPEC+ dan komentar yang disampaikan oleh Arab Saudi yang menyarankan pengetatan lebih lanjut dalam produksi juga memberikan perlindungan bagi para pembeli minyak.


Namun di sisi lain, kekhawatiran mengenai perlambatan ekonomi China semakin meningkat setelah People's Bank of China (PBoC) melakukan pemotongan suku bunga dasar pinjaman (LPR) sebesar 10 basis poin (bps), sesuai dengan harapan pasar. 


Pada hari sebelumnya, beberapa bank terkemuka seperti Goldman Sachs dan JP Morgan merevisi proyeksi pertumbuhan China ke bawah, yang menimbulkan kekhawatiran mengenai permintaan energi yang lebih lemah. Hal ini cukup signifikan mengingat China merupakan salah satu konsumen energi terbesar di dunia.


Di sisi lain, kekhawatiran yang meningkat terkait kebijakan hawkish dari Fed AS dan ECB juga memberikan tekanan pada prospek permintaan minyak mentah WTI dan telah mendorong penurunan harga patokan energi akhir-akhir ini.


Dalam konteks ini, S&P500 Futures mengalami penurunan ringan, sementara imbal hasil Treasury AS 10 tahun dan 2 tahun masing-masing mendekati 3,82% dan 4,75% pada saat penulisan ini, setelah mengalami kenaikan selama dua hari berturut-turut sebelumnya. Meskipun begitu, Indeks Dolar AS (DXY) mengalami kesulitan untuk mempertahankan kenaikan terbaru dan berada di sekitar level 102,50.


Selanjutnya, perhatian akan tertuju pada kekhawatiran terkait bank sentral utama dan faktor risiko yang dapat menjadi penentu arah yang jelas.

Dalam analisis teknis, RSI (14) stabil dan sinyal MACD yang bullish mendukung garis support naik dalam jangka waktu satu minggu terakhir, dengan level terendah yang berpotensi mendekati $70,35. Hal ini dapat membatasi penurunan harga minyak mentah WTI dalam jangka pendek.

 Baca Juga : WTI Crude Oil Kembali Bearish & Alami Kerugian 14.000 Barel

 

Peringatan!

Analisa ini berdasarkan pandangan dari segi fundamental dan teknikal dari sumber terpercaya, tidak menjadi saran atau ajakan. Selalu ingat bahwa konten ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Selalu gunakan riset mandiri terlebih dahulu mengenai informasi forex lainnya untuk dijadikan acuan dalam perdagangan Anda. 

 

Dapatkan Berita dan Artikel terupdate dari GIC Indonesia yang lain dapat anda cek di Google News setiap harinya untuk mengetahui update terkini seputar dunia forex hingga crypto. Trading juga di GICTrade menggunakan akun ECN untuk bisa menikmati trading dengan spread rendah mulai dari nol!