Ketegangan antara Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump, dan Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), kembali mencuat ke permukaan pada awal 2019. Donald Trump kembali melontarkan kritik tajam terhadap kebijakan moneter The Fed dan secara terbuka meminta lembaga tersebut untuk menurunkan suku bunga guna merangsang pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.
Trump vs The Fed: Ketidaksepakatan yang Berulang
Semenjak menjabat sebagai Presiden, Trump terlihat sering berseberangan dengan The Fed, khususnya dalam hal penetapan suku bunga. Dalam komentarnya yang terbaru, Trump menyatakan ketidakpuasannya terhadap keputusan The Fed untuk tetap mempertahankan suku bunga yang, menurutnya, masih terlalu tinggi. Dia menilai bahwa kebijakan moneter yang ketat justru menghambat potensi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat.
Menurut Trump, ekonomi AS dapat tumbuh lebih cepat jika The Fed bersikap lebih “dovish” dan menurunkan suku bunga. Ia menyebut bahwa negara-negara lain seperti Cina dan zona Euro sudah menerapkan suku bunga yang lebih rendah, memberi mereka keunggulan kompetitif terhadap AS dalam perdagangan global.
Isi Kritik Trump terhadap The Fed
Beberapa poin utama dalam kritik Presiden Trump terhadap The Fed antara lain:
-
Suku bunga terlalu tinggi: Trump percaya bahwa suku bunga yang tinggi memperlambat investasi dan mempersulit pertumbuhan ekonomi domestik.
-
Kebijakan moneter tidak mendukung: Menurutnya, The Fed tidak cukup mendukung pertumbuhan ekonomi yang telah diperoleh melalui kebijakan fiskalnya seperti pemotongan pajak dan deregulasi.
-
The Fed seharusnya belajar dari negara lain: Negara-negara seperti Jepang dan Jerman menikmati keuntungan dari kebijakan moneter ultra-longgar yang tidak diterapkan oleh The Fed.
Respons dari Pihak The Fed
The Fed, yang diketuai oleh Jerome Powell saat itu, terus menegaskan bahwa keputusan suku bunga didasarkan pada data ekonomi, bukan tekanan politik. Dalam berbagai kesempatan, Powell dan anggota FOMC (Federal Open Market Committee) menegaskan bahwa mereka mempertahankan independensi kebijakan moneter guna menjaga integritas ekonomi jangka panjang.
Namun, tekanan publik yang diberikan oleh Presiden Trump menimbulkan kekhawatiran terhadap dominasi eksekutif atas institusi independen seperti The Fed. Para analis pasar mencemaskan bahwa kritik terbuka bisa menimbulkan ketidakpastian di pasar keuangan dan mengganggu persepsi stabilitas ekonomi AS.
Efek Kritik Trump terhadap Pasar dan Ekonomi
Setiap pernyataan keras Trump terhadap The Fed biasanya disambut dengan volatilitas di pasar modal. Investor secara aktif menilai apakah The Fed akan tunduk pada tekanan politik atau tetap menjalankan tugasnya secara independen. Pada saat Trump melontarkan kritik tersebut, indeks Dow Jones dan S&P 500 menunjukkan fluktuasi tajam.
Selain itu, permintaan Trump untuk penurunan suku bunga juga mengakibatkan perubahan harga obligasi dan nilai tukar dolar AS, karena pelaku pasar mencoba memprediksi arah kebijakan moneter berikutnya.
Implikasi Ekonomi Jangka Panjang
Kritik terhadap independensi The Fed menyoroti persoalan yang lebih luas tentang keseimbangan antara kekuasaan eksekutif dan otoritas institusi keuangan. Bila The Fed terlihat bergerak mengikuti arahan politik, hal ini dikhawatirkan bisa menyebabkan:
-
Penurunan kepercayaan investor internasional terhadap stabilitas ekonomi AS
-
Inflasi yang tidak terkendali jika suku bunga diturunkan secara agresif tanpa pijakan data
-
Krisis kredibilitas terhadap pengambil kebijakan moneter
Kesimpulan
Konflik antara Presiden Donald Trump dan The Fed menunjukkan ketegangan yang inheren dalam sistem ekonomi dan demokrasi AS. The Fed dirancang sebagai institusi independen agar dapat mengambil keputusan berdasarkan kebutuhan ekonomi makro, bebas dari tekanan jangka pendek dari politisi. Namun, komentar-komentar publik dari Trump telah menjadikan The Fed sebagai sasaran kritik dan membuka perdebatan tentang independensi lembaga keuangan di negara demokratis.
Bila permintaan Trump untuk pemangkasan suku bunga dikabulkan, maka jangka pendek mungkin akan terlihat pertumbuhan yang lebih cepat. Namun, jika tidak disertai dengan fondasi yang kuat berdasarkan data ekonomi, keputusan seperti itu bisa memicu ketidakstabilan di jangka panjang.
Kebijakan moneter seharusnya menjadi alat yang mendukung kestabilan harga dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, bukan alat politik untuk pencitraan atau kepentingan elektoral.