Mata uang Asia sebagian besar merosot pada Rabu dan dolar menembus level tertinggi tiga bulan setelah sikap hawkish dari Ketua Fed Jerome Powell yang kemungkinan akan menaikkan suku bunga.

mata uang asia
mata uang Asia anjlok

 

Dalam sebuah kongres, Powell mengatakan bahwa ketahanan ekonomi AS baru-baru ini The fed perlu melakukan tindakan agresif untuk menurunkan inflasi. Ini melihat pasar mulai menetapkan harga dengan laju kenaikan suku bunga yang lebih tinggi oleh Fed dalam beberapa bulan ke depan.


DXY dan berjangka dolar naik 0,2% ke level tertinggi tiga bulan di hari Rabu, menyusul lonjakan imbal hasil Treasury yang terjadi semalam. Imbal hasil 2-tahun AS membersihkan level 5% untuk pertama kalinya sejak 2007. 


Dolar yang menguat dan imbal hasil yang lebih menarik membuat mata uang Asia terkikis. Karena kesenjangan antara imbal hasil berisiko rendah menyempit. Tren ini telah memukul mata uang regional hingga tahun 2022 yang kemungkinan akan bertahan dalam waktu dekat. 


Pasar saat ini tengah menunggu lebih banyak isyarat tentang ekonomi AS dari laporan Beige Book Fed yang akan diumumkan hari ini, dan data NFP pada Jumat. 


Kekhawatiran yang terus-menerus terhadap China juga telah membebani, menyusul data perdagangan beragam dan peringatan potensi konflik antara dua ekonomi terbesar di dunia.


China Yuan anjlok sebesar 0,2% dan hampir menembus level kunci 7 terhadap USD yang bisa memicu lebih banyak kerugian dalam mata uang. Data yang dirilis pada Selasa menunjukkan bahwa sementara negara itu mencatat rekor surplus perdagangan pada Februari, impornya juga turun lebih dari perkiraan, menunjukkan lemahnya permintaan di bidang ekonomi terbesar di Asia itu. 


Mata uang Asia Tenggara yang memiliki kinerja terburuk untuk hari itu adalah ringgit Malaysia yang turun sebesar 1,2%, kemudian disusul oleh Rupiah dan Peso Filipina yang masing-masing turun 0,7%. 


Jepan Yen merosot 0,5% dan berada di bawah tekanan karena pembacaan ekonomi yang melemah di minggu ini memperkuat ekspektasi bahwa BoJ akan mempertahankan kebijakan ultra longgarnya tidak berubah pada Jumat.


Defisit neraca berjalan, Jepang telah melebar melebihi ekspektasi pada bulan Januari. Sementara data pada hari Kamis yang diperkirakan akan mengulangi bahwa ekonomi si Asia tengah melambat secara substansial di kuartal keempat (Q4) pada tahun 2022. 


Perubahan kepemimpinan yang menjulang di BoJ juga cenderung melihat sedikit dorongan untuk mengubah kebijakan. 


Di sisi lain, Rupee India merosot 0,2% dalam perdagangan catch-up. Sementara itu Aussie (AUD) naik di 0,2% setelah mencatat penurunan tajam pada Selasa kemarin.

baca juga :

Mata Uang Asia Anjlok Di Tengah Kekhawatiran Kenaikan Suku Bunga Fed

 


Peringatan!

Analisa ini berdasarkan pandangan dari segi fundamental dan teknikal dari sumber terpercaya, tidak menjadi saran atau ajakan. Selalu ingat bahwa konten ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Selalu gunakan riset mandiri terlebih dahulu mengenai informasi forex lainnya untuk dijadikan acuan dalam perdagangan Anda. 

 

Dapatkan Berita dan Artikel terupdate dari GIC Indonesia yang lain dapat anda cek di Google News setiap harinya untuk mengetahui update terkini seputar dunia forex hingga crypto. Trading juga di GICTrade menggunakan akun ECN untuk bisa menikmati trading dengan spread rendah mulai dari nol!