Kurs Yen Jepang terhadap dolar AS (USD/JPY) meningkatkan permintaan untuk memperbarui level tertinggi dalam sebulan yang terletak sekitar 143,90. Hal ini terjadi meskipun Dolar AS mengalami perlambatan menjelang data utama pada hari Kamis.


Dengan demikian, kurs Yen Jepang ini memberikan konfirmasi terhadap penguatan imbal hasil dari obligasi Treasury AS yang baru-baru ini menguat. Selain itu, kekhawatiran mengenai sikap dovish dari Bank of Japan (BoJ) setelah adanya petunjuk mengenai inflasi di Jepang juga turut berpengaruh.


Namun demikian, imbal hasil dari obligasi Treasury AS dengan tenor 10 tahun dan juga imbal hasil obligasi Jepang, keduanya mencatatkan kenaikan harian pertama dalam tiga tahun terakhir. 


Imbal hasil obligasi Treasury AS mencapai sekitar 4,02%, sementara imbal hasil obligasi Jepang sekitar 0,585%. Ini terjadi karena pasar sedang mempersiapkan diri menghadapi data inflasi AS, meskipun suasana hati yang hati-hati ada setelah tidak adanya kejutan besar dari tekanan harga yang berasal dari China.


Namun, pada sisi lain, Indeks Harga Produsen (PPI) Jepang pada bulan Juli mengalami penurunan menjadi 3,6% YoY dari sebelumnya 4,1%, dan lebih rendah dari perkiraan pasar yang sebesar 3,5%. 


Sementara itu, data bulanan menunjukkan peningkatan menjadi 0,1% dibandingkan dengan perkiraan sebesar 0,2%, berbeda dengan angka sebelumnya yang mencatatkan penurunan sebesar -0,2%.


Dengan demikian, Bank of Japan (BoJ) cenderung akan tetap menjaga kebijakan moneter yang sangat longgar. 


Terutama mengingat meningkatnya kekhawatiran bahwa bank sentral utama, yang sebelumnya telah mengumumkan kenaikan suku bunga, kemungkinan akan segera menghentikan langkah-langkah kebijakan yang lebih ketat.


Di lokasi yang berbeda, kenaikan tipis pada kontrak berjangka S&P 500 dan penguatan indeks Nikkei 225 juga memberikan dukungan bagi kenaikan pasangan mata uang USD/JPY, yang dianggap sebagai indikator status risiko. 


Harus dicatat bahwa meskipun ada ketegangan utama antara AS dan Tiongkok yang seharusnya mempengaruhi sentimen, hal ini tampaknya telah sebagian besar diabaikan dalam periode terakhir.


Namun demikian, Kementerian Perdagangan Tiongkok menunjukkan kekhawatiran serius dan menyatakan kemungkinan untuk mengambil tindakan pembalasan pada Kamis pagi di kawasan Asia, seperti yang dilaporkan oleh Reuters. 


Pernyataan dari Kementerian Perdagangan Tiongkok juga dikutip dalam berita tersebut, menyatakan harapannya agar AS menghormati hukum ekonomi pasar dan prinsip persaingan yang adil.


Sebelumnya pada hari tersebut, Presiden AS Joe Biden menandatangani RUU yang telah lama dinantikan, yang memberikan wewenang kepada Departemen Keuangan AS untuk melarang atau mengatur investasi AS pada entitas China tertentu, seperti yang dilaporkan oleh Reuters.


Sebelumnya, kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi dari China, Eropa, dan Inggris telah bergabung dengan tindakan keras yang dilakukan oleh lembaga pemeringkat global terhadap sektor perbankan, yang menghasilkan dampak negatif pada sentimen. 


Di sisi yang sama, kekhawatiran mengenai risiko deflasi di China dan ketidakpastian di pasar terkait langkah-langkah yang akan diambil oleh bank sentral utama di masa mendatang juga turut mempengaruhi. Namun, Dolar AS menghadapi kesulitan dalam membawa suasana hati risk-off mengingat rendahnya tingkat imbal hasil yang ada saat ini.


Kemudian, data mengenai inflasi yang berdasarkan pada Indeks Harga Konsumen (CPI) untuk bulan Juli akan memiliki signifikansi yang besar bagi para pedagang yang berdagang dalam pasangan mata uang USD/JPY, karena akan membantu dalam mengidentifikasi arah pergerakan yang lebih jelas. 


Proyeksi dari pasar menunjukkan adanya peningkatan dalam Indeks Harga Konsumen utama hingga mencapai 3,3% YoY dibandingkan dengan angka sebelumnya yang mencapai 3,0%, sementara Indeks Harga Konsumen Inti, yaitu IHK yang mengkecualikan komponen Pangan & Energi, mungkin akan tetap stabil tanpa perubahan pada angka 4,8%.


Pentingnya statistik ini semakin meningkat setelah adanya kekecewaan dari data Nonfarm Payrolls (NFP) dalam bulan yang sama dan juga karena kekhawatiran bahwa Federal Reserve (Fed) semakin mendekati tingkat puncak dalam kebijakan moneternya.


Tinjauan Teknis Agar para pembeli kurs Yen Jepang (USD/JPY) tetap mengendalikan situasi, diperlukan penutupan harian yang berada di atas garis resistensi yang cenderung menurun sejak akhir Oktober 2022. Saat ini, pasangan mata uang ini berada di sekitar level 143,80 pada saat penulisan.


Peringatan!
 
Analisa ini berdasarkan pandangan dari segi fundamental dan teknikal dari sumber terpercaya, tidak menjadi saran atau ajakan. Selalu ingat bahwa konten ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Selalu gunakan riset mandiri terlebih dahulu mengenai informasi forex lainnya untuk dijadikan acuan dalam perdagangan Anda.  

 

Dapatkan Berita dan Artikel terupdate dari GIC Indonesia yang lain dapat anda cek di Google News setiap harinya untuk mengetahui update terkini seputar dunia forex hingga crypto. Trading juga di GICTrade menggunakan akun ECN untuk bisa menikmati trading dengan spread rendah mulai dari nol!

Baca Juga :

USD/JPY hari ini Mencapai Keuntungan Intraday di 136,00

USD/JPY Berada di Dekat Level Tertinggi Sejak Agustus 1998, Menunggu Risalah FOMC