Brexit yang terjadi pada 23 Juni 2016 lalu memberikan pengaruh cukup besar bagi pergerakan trading forex. Kejadian ini mempengaruhi nilai mata uang Inggris (GBP) yang berujung pada berubahnya level mata uang Inggris ini di pasar forex sendiri. Namun sebelum membahasnya lebih lanjut, sebenarnya apa itu Brexit? dan apa pengaruhnya terhadap trading forex?

Brexit adalah kependekan dari British Exit, sebuah referendum yang dikeluarkan oleh pemerintah Inggris untuk keluar dari Uni Eropa, sebuah bentuk kerja sama ekonomi pasca Perang Dunia ke-2 yang melibatkan 28 negara di kawasan Eropa. Menjawab pertanyaan apa itu brexit juga perlu menyertakan alasan dari diambilnya keputusan tersebut.

Keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa atau Brexit terjadi karena hasil voting menunjukkan bahwa 52% rakyat Inggris ingin Inggris keluar dari EU. Jumlah suara ini dianggap sangat kuat mewakili rakyat karena pengambilan suara tersebut dilakukan oleh 71,8% penduduk Inggris.

Sehari setelah voting dan diputuskan akan ada referendum Brexit, Perdana Menteri Inggris saat itu, David Cameron, langsung mengundur kan diri karena ia termasuk orang yang menolak referendum tersebut. Cameron lalu digantikan oleh Theresa May yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri Inggris saat itu. Kendati May juga sependapat dengan Cameron perihal referendum, namun ia tetap menghormati keputusan rakyat dan ikut memproses referendum.

Resmi Keluar Dari EU

Setelah melewati proses selama hampir empat tahun, kini Inggris sudah resmi keluar dari Uni Eropa, tepatnya sejak tanggal 31 Januari 2020. Selama proses empat tahun itu, banyak hal sudah terjadi. Ekonomi negara yang tidak stabil karena mata uang Poundsterling (GBP) terdepresiasi membuat posisi GBP di pasar forex sendiri menjadi tidak stabil.

Belum lagi keputusan Theresa May yang juga mengundurkan diri di pertengahan tahun 2019 yang membuat status Inggris tidak menentu dan terus menyebabkan GBP terus mendapat tekanan hingga akhirnya turun.

Posisi May sebagai Perdana Menteri kemudian digantikan oleh Boris Johnson yang memiliki pandangan selaras dengan keputusan referendum Brexit. Jadi, bisa dikatakan Johnson adalah sosok yang berhasil mewujudkan referendum tersebut.

Resminya Inggris keluar dari Uni Eropa di Januari tidak membuat ekonomi Inggris langsung menjadi stabil. Perjalanan Inggris masih sangat panjang untuk kembali menstabilkan posisi ekonominya. Itu sebabnya akan ada periode transisi yang dimulai dari Februari 2020 hingga tanggal 31 Desember 2020 nanti.

Periode transisi ini akan membahas risiko ekonomi negara, pendapatan perusahaan, penilaian pasar, dan regulasi trading yang baru. Mengingat sudah sejak tahun 1973 Inggris menjadi anggota Uni Eropa, maka akan ada banyak hal yang harus ditata kembali agar Inggris segera bisa menemukan posisi ekonomi terutama di pasar global.

Periode transisi ini tidak hanya akan dijalani oleh Inggris saja, tetapi juga melibatkan Uni Eropa. Inggris dan Uni Eropa harus membuat kesepakatan hubungan ekonomi di masa depan, bagaimana regulasi hukum dalam hubungan tersebut, bagaimana keamanan transaksi, hingga berbagi data ekonomi. Proses negosiasi ini sudah dimulai per 25 Februari 2020 lalu.

Iklim Investasi Inggris Pasca Brexit

Setelah Anda memahami apa itu Brexit dan sedikit gambaran prosesnya sejauh ini, sebagai trader Anda juga perlu mengetahui tentang iklim investasi di Inggris pasca Brexit. Iklim investasi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang subur dapat memperkuat nilai mata uang di pasar forex.

Jika ternyata iklim investasi Inggris terguncang, maka nilai mata uang mereka juga akan ikut terguncang. Sebenarnya Boris Johnson, PM Inggris saat ini, mengaku optimis tentang kondisi ekonomi Inggris pasca Brexit. Johnson percaya Inggris bisa mengatasi masalah-masalah ekonomi mereka yang mulai muncul sejak referendum disahkan tahun 2016 lalu.

Namun kenyataan berkata sebaliknya. Beberapa pakar ekonomi menyebutkan bahwa akan ada efek negatif dari Brexit pada kondisi ekonomi dan mata uang Inggris. Pernyataan-pernyataan ini kemudian terbukti saat Inggris terus mengalami arus keluar investasi selama periode referendum Brexit.

Salah satunya terjadi pada tahun 2017. Saat itu Inggris menerima arus investasi asing senilai 300 miliar Poundsterling, namun arus keluar yang dilakukan negara justru hanya 40 miliar Poundsterling. Ini berarti, proses investasi di Inggris tidak berlangsung optimal untuk menggunakan dana investasi yang mereka dapatkan tersebut.

Di tahun 2020 sendiri, data dari Research Development Corporation menunjukkan Inggris sedang mengalami penurunan dalam pertumbuhan ekonominya sebesar 0,17%. Jika proses negosiasi antara Inggris dan Uni Eropa diperpanjang, pertumbuhan ekonomi Inggris kemungkinan akan mengalami penurunan lebih lagi di tahun 2025 hingga 0,39%.

Dari data yang sama ini, berarti Inggris akan kehilangan 1,6 miliar Poundsterling di tahun 2020, lalu pada tahun 2025 kerugian Inggris bisa mencapai 3,75 miliar Poundsterling. Dengan kata lain, kondisi iklim di Inggris selama dan pasca Brexit perlahan-lahan mulai kehilangan daya tarik investasinya.

Hal yang sama juga didukung oleh data yang dikeluarkan oleh Deutsche Bank AG. Pada data ini terlihat bahwa nilai Poundsterling masih terlalu mahal yang akan berujung pada defisit anggaran dan kebijakan moneter yang menjadi lebih longgar kemudian. Alhasil, kondisi ini akan mempengaruhi nilai Poundsterling Inggris sendiri.

Mata Uang Inggris di Pasar Forex

Jawaban terhadap pertanyaan apa itu Brexit sudah membawa Anda untuk lebih dekat melihat pengaruhnya pada mata uang negara. Mata uang Inggris, Poundsterling sudah mulai mengalami tekanan semenjak referendum Brexit pertama kali keluar di tahun 2016. Sebenarnya tren penurunan currency pair GBP/USD ini juga sudah mulai menurun sebelum referendum Brexit, namun Brexit membuat kondisi semakin buruk dan membuat penurunan nilai mata uang ini jadi lebih signifikan.

Societe Generale SA, sebuah bank investasi dan perusahaan finansial terkemuka di Prancis, membeberkan data lain yang serupa dengan beberapa data sebelumnya. Mereka menunjukkan bahwa Poundsterling diprediksi tidak dapat mencapai nilai tertinggi seperti era sebelum referendum. Saat ini saja, nilai mata uang Inggris menurun hingga 11%. Tidak hanya Brexit, kondisi politik juga akan membebani nilai mata uang Inggris selama proses transisi dimana negosiasi berlangsung. Boris Johnson berjanji akan menyelesaikan negosiasi dengan Uni Eropa sebelum 31 Desember 2020.

Jika tidak berhasil dan jadinya diperpanjang, kondisi penurunan mata uang bisa saja terus berlangsung. Sementara jika berhasil tepat waktu, akan ada peluang bagi Poundsterling menguat di paruh kedua tahun 2020 terhadap Dollar AS (USD), mengingat Amerika Serikat juga akan melangsungkan pemilihan Presiden di bulan November. Penurunan nilai mata uang Poundsterling ini bisa jadi momen yang menguntungkan sekaligus merugikan jika seorang trader tidak berhati-hati menimbang situasi.

Menguntungkan karena ini jadi kesempatan trader untuk melakukan Sell selama sedang downtrend (harga mata uang mengalami penurunan). Namun ini juga berisiko jika Poundsterling tidak berhasil bangkit sehingga dan Anda tidak punya kesempatan untuk melakukan Buy saat uptrend (harga mata uang mengalami peningkatan). Terutama untuk Anda para trader yang sering melakukan trading di currency pair GBP/USD. Ada baiknya Anda menahan strategi untuk sementara waktu dan melakukan analisa forex menyeluruh karena posisi Poundsterling yang cukup kuat juga dapat mempengaruhi mata uang negara yang terlibat investasi dengan Inggris.

Kunjungi GIC Indonesia untuk mendapatkan informasi seputar dunia trading. Anda juga bisa bergabung bersama kami di dalam Telegram Community GIC Trade dan Telegram Channel GIC Trade. Jangan lupa check akun Youtube GIC Indonesia yang penuh dengan banyak informasi, serta follow akun Instagram Kami untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai webinar menarik yang bisa Anda ikuti.