Kata-kata teknis yang terdapat di suatu industri, seringkali, tak diketahui oleh orang awam. Termasuk kata-kata yang ada di dunia saham. Kata-kata ini, biasanya, menjadi makanan empuk para pembuat konten untuk dijadikan suatu pembahasan. Pada dunia saham, beberapa waktu ke belakangan ini sempat viral perihal auto rejection, ARB, dan ARA saham.  Lantas, apa sih yang dimaksud dengan auto rejection, ARB, dan ARA saham? Nah, biar kalian tahu, GIC Indonesia akan membantu menjelaskannya secara singkat dan padat di sini. Di bawah ini adalah pembahasan mengenai auto rejection, ARB, dan auto rejection atas saham dan informasi lain yang terkait dengannya. Namun sebelum membahas semua hal tersebut, daftarkan diri kalian menjadi seorang IB atau kalian juga bisa ajak teman kalian dalam bertrading sehingga mendapatkan tambahan uang untuk melakukan trading atau yang lainnya.

Apa Itu ARB dan ARA Saham

Sebelum membahas mengenai ARB dan ARA saham, Anda perlu tahu terlebih dahulu perihal auto rejection. Dalam dunia saham, auto rejection merupakan mekanisme. Lebih lengkapnya, Auto Rejection adalah pembatasan maksimum dan minimum atas suatu penurunan dan juga kenaikan harga saham di dalam jangka waktu satu hari pada perdagangan di bursa saham. Berdasarkan informasi dari website resmi Bursa Efek Indonesia, idx.co.id, berikut ini adalah pengertian auto rejection: "auto rejection adalah batasan minimum dan maksimum dari penurunan dan kenaikan harga saham di dalam satu hari perdagangan bursa." Sistem pada bursa saham akan menolak order jual dan atau beli yang telah masuk secara otomatis apabila harga saham sudah menembus kriteria ARB, dan ARA saham yang sudah Bursa Efek Indonesia tetapkan. Penerapan auto rejection adalah untuk memastikan perdagangan saham dapat berjalan dalam keadaan yang wajar.

ARA Saham

ARA saham atau yang disebut juga dengan auto rejection atas merupakan mekanisme perdagangan yang diterapkan dalam Bursa Saham Indonesia (BEI). Penerapan mekanisme ini dilakukan lewat Jakarta Automated Trading System (JATS) NEXT-G. Lembaga ini memiliki fungsi untuk memberikan pelayanan perdagangan saham dan juga surat berharga. Sistem JATS NEXT-G akan membantu dalam penanganan setiap permintaan beli dan atau jual saham. Saat saham mencapai harga di titik tertentu, sistem akan menolak secara otomatis. Peristiwa ini dikenal dengan auto rejection. ARA saham adalah istilah yang digunakan oleh para ahli saham saat harga jual saham melebihi batas atas yang sudah ditetapkan. Penetapan batas atas dibuat dalam bentuk persentase. BEI sudah menetapkan batasan auto rejection atas saham dengan mempertimbangkan harga jual sahamnya.

ARB Saham

Setelah mengetahui apa itu ARA saham, selanjutnya, yang perlu diketahui adalah ARB saham. Istilah ARB saham mengacu pada kepanjangannya, yakni auto rejection bawah. Penggunaan ARB saham adalah untuk menentukan batas minimum dari penurunan harga sebuah saham di bursa efek. Apabila nilai saham telah mencapai ARB, maka sistem akan melakukan penolakan buat semua order pembelian saham yang masuk. Di dalam situasi yang normal, pihak BEI akan menetapkan nilai ARB di antara kisaran 20% sampai 35%. Namun, keadaannya menjadi berubah akibat adanya peristiwa pandemi COVID-19. Pada bulan Maret tahun 2020, BEI mengkoreksi ARB jadi 10%. Namun, terjadi kembali perubahan ARB jadi 7% karena koreksi itu dianggap BEI masih belum sesuai dengan pandemi COVID-19. BEI mengkoreksi ARB saham karena kondisi COVID-19 amat berpengaruh pada performa saham. Bahkan, karena COVID-19, hampir semua jenis saham yang diperdagangkan di BEI mengalami ARB, alih-alih hanya saham lapis dua atau tiga saja. Terdapat banyak saham yang berstatus indeks LQ-45 menghadapi kondisi serupa. Sebelum lanjut pada ARB Saham, ada baiknya pelajari tentang kemampuan dalam trading melalui Preliminary Test yang berisi pengetahuan seputar trading itu sendiri. Preliminary Test

Batas Harga Atas dan Bawah Auto Rejection

Batasan atas harga atas dan juga bawah dari auto rejection atau ARB dan ARA saham telah BEI tetapkan dan dapat Anda lihat di situs Bursa Efek Indonesia. Batasan ARB dan ARA saham yang berlaku saat ini berdasarkan BEI via Keputusan Direksi Nomor Kep-00023/BEI/03-2020.

Batas ARB dan ARA Saham BEI

Aturannya antara lain:
  1. Harga saham di atas Rp5000, batas kenaikan dan penurunannya di dalam sehari hanya 20%.
  2. Harga saham Rp200 – Rp5000, batas kenaikan dan penurunannya di dalam sehari adalah 25%
  3. Harga saham Rp50 – Rp200, batas kenaikan dan penurunannya di dalam sehari adalah 35%.

Catatan terkait ARB dan ARA saham

Terdapat beberapa catatan yang perlu Anda perhatikan terkait batasan ARB dan ARA saham, yakni:
  1. Maksimum pembelian saham sejumlah 50.000 lot dan atau 5% dari jumlah efek yang tercatat (mana yang lebih kecil). Apabila lebih dari itu, maka akan terkena auto rejection.
  2. Khusus saham yang baru listing dan atau IPO, batas ARB dan ARA saham sebesar 2 (dua) kali dari persentase auto rejection.
  3. Semenjak pandemi, ARB diubah jadi 7% (auto reject asimetris) guna menahan penurunan harga saham dan juga IHSG secara signifikan.
  4. Apa yang harus diperhatikan investor atas saham yang terkena ARB atau ARA? Saham yang acapkali terkena ARA dan atau ARB lebih cocok buat trader yang telah berpengalaman, terutama yang sudah terbiasa dengan perubahan harga di dalam hitungan jam, menit, atau detik. Apabila Anda baru saja memulai investasi saham, sebaiknya hindarilah saham yang telah terkena ARA atau ARB. Faktor yang pengaruhi kenaikan dan atau penurunan harga saham secara signifikan dapat bermacam-macam, mungkin saja sahamnya kurang likuid hingga harganya gampang naik dan atau turun. Bisa juga terdapat berita dan atau rumor yang digunakan bandar guna menggerakan saham terkait. Jadi, Anda harus pastikan mengetahui risiko dari saham yang masuk ARA dan atau ARB sebelum membelinya.
Catatan tersebut perlu kalian ingat jika ingin memahami saham itu sendiri. Dan bagi kalian yang tertarik untuk melakukan tarding, konsultasikan terlebih dahulu trading kalian melalui Trader Assessment agar tidak salah dalam mengambil langkah bertrading. Trader Assessment

Manfaat ARA Saham

BEI dalam menetapkan ARA dan ARB suatu saham memiliki tujuan agar pergerakan saham di dalam satu hari menjadi tak terlalu ekstrem. Auto rejection atas digunakan buat memastikan bahwa kenaikan harga saham tak terlalu tinggi. Sedangkan ARB, kebalikannya, yakni digunakan untuk memastikan bahwa penurunan harga saham tak terlalu rendah.

Manfaat Auto Rejection bagi Pembeli Saham

Trader saham dapat peroleh keuntungan saat mampu beli saham dengan harga yang murah dan menjualnya secara mahal. Sistem auto rejection atas pada saham bekerja guna memberi jaminan agar trader saham dapat membeli saham dengan harga relatif normal.

Manfaat Auto Rejection bagi Perusahaan

Auto rejection bawah atau ARB dipakai untuk perlindungan sistem atas perusahaan dan penjual saham. ARB atau auto rejection bawah ini bisa mencegah nilai saham jatuh ke titik yang ekstrem. Dengan begitu, potensi kerugian yang akan terjadi akibat harga saham yang rendah bisa menjadi minimal.

Point Penting Sebelum Beli Saham yang Kena ARA atau ARB

Saham dengan pergerakan sangat fluktuatif, bahkan tidak wajar kerap menyentuh batasan ARA dan ARB. Ada beberapa point penting yang perlu Anda perhatikan sebelum membeli saham yang kena ARA dan atau ARB.

Mengenali Ciri Saham yang Berpotensi Masuk Batas ARA

Berikut ini merupakan daftar saham yang berpotensi masuk ke dalam lubang batas ARA:
  1. Pada umumnya saham berkapitalisasi kecil dan menengah.
  2. Saham yang terkena sentimen tertentu, semacam aksi korporasi merger dan atau akuisisi.
  3. Saham IPO dan atau saham perdana, dan atau yang pertama kali dijual ke publik.
  4. Bukan saham yang mempunyai kapitalisasi pasar besar.
  5. Saham yang acapkali kena ARB, biasanya saham-saham blue chip dan atau yang masuk ke dalam kategori indeks LQ45.
Apabila mendapati saham-saham yang terkena ARA atau ARB, Anda harus analisa terlebih dahulu. Abaikan terlebih dahulu perihal keuntungan yang dihasilkan dengan cepat.

Memperhatikan Faktor yang Mempengaruhinya

Dalam suatu kenaikan dan penurunan suatu harga saham dipastikan ada faktor pemicunya. Pemicunya karena sentimen tertentu, dan atau saham kurang likuid.

Mengenali Pompom Saham

Dalam dunia saham, Anda perlu mengenal pompom saham. Istilah ini mengacu kepada manipulasi harga saham yang terjadi karena ajakan dan atau hasutan orang demi menggerakkan saham tertentu di waktu khusus. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi saham ini akan sangat penting ketika berlanjut untuk membeli saham itu sendiri. Begitu juga dengan mengisi survey internal yang akan berpengaruh terhadap performa pemberian GIC. Maka dari itu, kalian bisa mengisinya agar Kami lebih semangat untuk meningkatkan performa yang dimiliki di masa depan. Survey Pengguna GIC

Hindari Beli Saham Auto Reject buat Newbie

Saham yang masuk ke dalam kategori ARA atau ARB, harganya amat cepat berubah. Perubahan bisa terjadi di dalam hitungan jam, menit, bahkan detik. Oleh karenanya, trader pemula disarankan untuk hindari saham auto reject, terutama yang sudah masuk daftar UMA (Unusual Market Activity) dan atau saham yang pergerakannya berada di luar kewajaran, tidak likuid dengan ciri antrean bid dan offer sedikit.

Pertanyaan yang sering Ditanyakan tentang ARA & ARB Saham

Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang sering muncul perihal ARA dan ARB saham untuk dicari jawabannya oleh para pencari informasi pengetahuan saham. Beberapa pertanyaan ini, GIC rangkum dari beberapa sumber yang terpercaya.

Kok Ada Saham ARA dan ARB?

Saham yang acapkali ARA maupun ARB berarti punya sentimen positif, yakni menarik di mata masyarakat, sehingga banyak yang beli. Ini biasa terjadi di market capital kecil. Saham yang mudah ARA dan ARB masuk ke dalam kategori saham lapis ketiga atau kedua. Kategori saham ini cocok untuk para trader yang bermain dalam jangka waktu yang pendek. Pembelian saham jenis saham ini bisa menghasilkan profit asalkan trader tahu akan fundamental perusahaan yang dibeli sahamnya.

Mengapa ARA terus Mewarnai Saham Perdana?

Berikut ini penjelasan mengenai mengapa ARA kerap mewarnai saham perdana. Penjelasan yang diberikan berdasarkan opini para profesional terkait saham.

Harga Rendah yang Dibarengi Sedikit Pelepasan Saham

Berdasarkan Analis Teknikal Panin Sekuritas, William Hartanto, fenomena ARA yang kerap terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI) hanya berlaku bagi emiten yang memberikan penawaran saham maksimum 30 persen dari modal yang ditempatkan penuh dan harga saham harus kurang dari Rp500 per saham. Semakin rendah harga dan semakin sedikit saham yang dilepas, maka akan mudah buat menciptakan kondisi ARA pada sebuah emiten. Ini karena harga pembelian satu lot menjadi lebih terjangkau dan sesuai dengan kemampuan beli yang dimiliki oleh banyak investor lokal. Tren ARA pada saham perdana akan ada terus, karena ini merupakan aksi spekulan para trader. Acapkali transaksi ARA itu berukuran kecil dengan penawaran yang tebal dapat jadi ada ganjalan atau dijaga. Penguatan saham perdana sampai ARA hanya berlangsung dalam jangka pendek. Kemudian, investor akan mengambil capital gain sehingga harga akan kembali normal. Berdasarkan Head of Research Samuel Sekuritas, Suria Dharma, fenomena ARA pada pencatatan perdana merupakan penggiringan harga saham. Sama dengan pendapat William, Suria Dharma berpendapat itu bisa terjadi karena saham beredar dalam jumlah sedikit. Oleh karena jumlah saham yang beredar itu sedikit, maka mudah untuk terjadi cornering. Sedikit paham mengenai alasan mengapa ARA terus mewarnai saham perdana? Maka dengan begitu kalian bisa menyempatkan diri dengan mengunduh aplikasi GIC Mobile agar bisa terus mendapatkan update tentang saham itu sendiri.

Saham Baru = Murah

Berdasarkan Kepala Riset Reliance Sekuritas Indonesia, Lanjar Nafi, fenomena ARA terjadi karena investor meminati emiten-emiten baru yang melantai di BEI. Harga saham murah dari emiten baru berpotensi menarik minat banyak investor. Book value saham apabila masih di bawah 2 kali dengan harga saham yang ditawarkan masuk kategori murah. Penjamin efek atau underwriter, juga berperan buat menjaga harga saham emitennya di pasar sekunder selepas lewat pasar primer pada saat book building. Namun, sisi lainnya, bisnis yang digeluti harus minim kompetitor dan dana IPO mayoritas juga dihabiskan buat ekspansi usaha. Investor, akan enggan masuk apabila rencana pemakaian dana IPO lebih besar porsinya buat membayar utang, tujuan go public buat melepas kepemilikan pengendali dan juga tak punya rencana yang nyata ke depan.

Manipulasi Pasar

Berdasarkan, Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia, Prof. Budi Frensidy, fenomena ARA yang kerap berlangsung bisa jadi adalah manipulasi pasar. Otoritas dan pelaku pasar harus mewaspadai gejala ini. Apabila situasi free float dan juga jumlah pihak [investor] sedikit dapat mengarah ke manipulasi pasar. Kenaikan sekitar 30 persen hingga 50 persen dari harga IPO masih wajar. Apabila lebih dari 100 persen dalam beberapa minggu, maka abnormal dan wajib diwaspadai atau perlu penambahan syarat free float.

IPO Kerap Dikendalikan Segelintir Orang

Berdasarkan, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Hoesen, fenomena IPO di pasar saham acapkali dikendalikan segelintir orang karena pembentukan harga yang terjadi adalah tak efisien.Guna mengatasi fenomena ini, diperlukan sistem tangguh buat mengendalikan pasar primer.

Apa yang terjadi jika Saham masuk ARA dan atau ARB?

Pada saat saham ARA dan atau ARB, maka ordermu pada saham itu akan tertolak oleh sistem. Sepanjang sisa di hari itu, Anda tak akan dapat membeli maupun menjual saham itu. Anda baru bisa mulai jual beli saham itu lagi pada hari perdagangan yang berikutnya. Sebaiknya Anda pertimbangkan baik-baik sebelum membeli saham ARB dan ARA. Anda perlu pelajari alasan mengapa saham masuk auto rejection.

Saham ARB Berhari-hari, Cut Loss atau Hold?

Koreksi dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat membuat saham masuk ke dalam perangkap auto reject bawah (ARB) dalam waktu berhari-hari. Tidak hanya saham second liner dan third liner, kondisi ini juga dapat terjadi pada saham-saham bluechip. Oleh karena memakan waktu berhari-hari, berdampak kepada timbulnya kecemasan di kalangan investor. Para investor bimbang dengan keputusan tetap menahan atau cut loss. Berdasarkan Deputy Head of Research MNC Sekuritas, Victoria Venny, hal pertama yang harus dimiliki investor adalah harus paham literasi keuangan yang bagus. Tujuannya agar pada saat trading saham menjadi disiplin dan dapat mengelola ekpektasi. Untuk cut loss itu tidak masalah, selama ARB membuat level-level support terbaik, sehingga investor dapat buyback lagi. Kalau sudah punya portofolio, dan setiap pagi auto buat order, investor bisa order dengan harapan akan ada peningkatan kembali saham-saham itu di masa depan. Saham ARB dengan fundamental bagus yang disertai aksi korporasi yang membuat investor lebih percaya diri, membuatnya bagus untuk di-hold. ARB yang terjadi itu memang buat investasi jangka panjang. Demikian pembahasan GIC Indonesia mengenai ARB dan ARA Saham. Bilamana Anda butuh informasi investasi, trading, forex, dan keuangan lainnya seperti, “Pinjaman Dana Jaminan KTP”, maka Anda bisa cari di Jurnal GIC. Dapatkan uang tambahan dari GIC via, Jumat Berkah, dan 100& Deposit Bonus.